Selasa, 11 Desember 2012

Sejarah Provinsi



 Sejarah Propinsi Indonesia





Perpisahan dengan 4 misionaris pertama di Denekamp
 
Kedatangan empat Misionaris di Indonesia

“Pergilah keseluruh Dunia dan  beritakanlah Injil kepada seluruh makhluk”( Mrk:16.15)


Perintah Tuhan kepada Gereja untuk membawa kabar gembira dan menyelamatkan umat manusia di seluruh dunia, merupakan tugas dan tanggungjawab kita sebagai orang yang telah dipermandikan/katolik. Juga merupakan kewajiban kita suster-suster FSGM untuk ikut ambil bagian dalam karya keselamatan ini. 

Terdorong oleh sabda tersebut, Pemimpin Jenderal kami tidak dapat menolak permintaan Mgr. Dr. Meckelholt SCJ yang meminta kehadiran para suster di daerah transmigrasi di Lampung, Indonesia.
Negeri Belanda yang memiliki negara jajahan Indonesia merupakan pintu masuk para misionaris ke negara ini. Maka ketika pemimpin Jenderal di Thuine menyanggupi permintaan Mgr. K.M. Meckelholt SCJ untuk membuka komunitas baru di Sumatera, sebagai puteri sulung yang sudah dewasa, Propinsi Belanda, yang berdomisili di Denekamp menangkap makna kesempatan ini dan menyanggupi untuk membantu memelihara cabang baru yang akan ditanam di Indonesia, baik personalia, pemeliharaan hidup rohani maupun materi. Pada tagl 4 Mei 1932 Denekamp menerima kedatangan empat misionaris pertama dari Jenderalat di Jerman: dua suster berkebangsaan Jerman dan dua suster berkebangsaan Belanda yang akan dikirim ke Indonesia. Pada hari berikutnya tgl 5 Mei 1932 pada hari raya Kristus Naik ke Surga di Denekamp diadakan perpisahan untuk melepas keberangkatan mereka ke Indonesia.  
Kapal Indrapura yang membawa 4 misionaris ke Indonesia
Mereka adalah Sr.M. Odulpha Schwalenberg, berkebangsaan Jerman, Sr.M. Solanis Meyer, berkebangsaan Jerman, Sr.M. Arnolde Wouters, berkebangsaan Belanda dan Sr.M. Engelmunda Van Orten, berkebangsaan Belanda. Dari Denekamp, Nederland para misionaris muda ini berlayar selama tiga minggu dengan kapal Indrapura melalui pelabuhan Mersaile, Perancis menuju Batavia. Ketika mereka tiba di pelabuhan Sunda Kelapa, mereka dijemput dan disambut oleh suster-suster Ursulin dan bermalam di Jl. Pos 2, Jakarta.
4 Suster Misionaris tiba di Pelabuhan Panjang
Hari berikutnya mereka melanjutkan perjalanannya ke Lampung. Di pelabuhan Panjang, mereka disambut oleh  Pastor Van Oort SCJ, Pastor A. Hermelink Gentiaras SCJ, Pastor Kuipers SCJ, dan suster-suster Hati Kudus. Para penjemput dan keempat misionaris menuju Susteran Hati Kudus di Telukbetung. Di kapel susteran mereka merayakan Misa dengan mengumandangkan lagu Te Deum Laudamus sebagai ungkapan syukur . Kemudian para pastor dan keempat misionaris melanjutkan perjalanan ke Pringsewu. Tanggal 4 Juni 1932 mereka tiba di Pringsewu.


Rumah Pertama di Pringsewu


Kepakkan sayap
 
Sehari setelah tiba di Pringsewu Sr.M.Arnolde membuka poliklinik di kamar tamu. Hari demi  hari orang yang berobat bertambah banyak. Pada umumnya para penderita malaria. Setelah menolong pasien di poliklinik, Sr. Arnolde bersepeda  ke desa-desa. Ia membuka pengobatan di rumah-rumah kepala kampung.
SD Beda

Para suster suster juga mempedulikan bidang pendidikan. Meski di Pringsewu dan sekitarnya sudah ada Volkschool ( SD milik misi), para suster mendirikan SD. Beda. Seiring waktu hidup dan karya para suster semakin dikenal oleh masyarakat luas. Akhirnya pekerjaan bertambah banyak, sementara tenaga suster kurang mencukupi. Di samping itu, para suster mulai terjangkit malaria.
Keadaan itu disampaikan ke pusat kongregasi. Tak lama kemudian Kongregasi mengirim tiga suster; Sr.M.Cortilia Welendorf, Sr.M. Edelgardis Hannink dan Sr.M. Adelia Grase. Mereka bertugas mengajar, merawat, mengunjungi keluarga-keluarga dan bekerja di rumah tangga susteran. Hidup dan karya para suster menyentuh beberapa gadis yang bekerja sebagai guru. Mereka didatangkan dari Jawa Tengah oleh Mgr. A. Hermelink. SCJ (waktu itu pastor A. Hermelink SCJ). Tanggal 6 Agustus 1936, dua dari mereka bergabung dengan kami. Dan, pada saat itu Novisiat dibuka/ dimulai.
Tanggal 04 Juni 2007 Propinsi FSGM Indonesia merayakan 75 tahun kehadirannya di bumi pertiwi. Saat ini  jumlah anggota 233 suster dan 30 komunitas. Berkarya di Keuskupan: Tanjungkarang, Keuskupan Agung Palembang, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Agung Semarang, Jayapura, Atambua dan Denpasar. Di negara Timor Leste:  di Keuskupan Dili dan Baucau.
Sebagai ungkapan rasa terimakasih dari provinsi Indonesia atas cinta, bantuan dan pengurbanan para suster dari Provinsi St.Antono, Belanda. Dan sejak tahun 1962 tidak ada lagi panggilan, sementara di Indonesia mempunyai cukup suster muda. Maka, tanggal 08 September 2007 diutuslah empat suster untuk tinggal dan berkarya di sana, di keuskupan Utrech, di Denekamp.



Empat Misionaris Indonesia di Belanda
dari kiri ke kanan: Sr.M.Reinalda, Sr.M.Christella, Sr.M.Marian, dan Sr.M.Agustin


Komunitas-komunitas yang ada:

Keuskupan Tanjungkarang:
Pringsewu, Gisting, Panutan, Padangbulan, Kalirejo, Nyukangharjo, Tanjungkarang, Pahoman, Gedungmeneng, Metro, Pajarmataram, Kotabumi, Baradatu dan Liwa.

Keuskupan Agung Palembang:
Baturaja dan Palembang.

Keuskupan Agung Jakarta
Kampung Ambon dan Toasebio

Keuskupan Agung Semarang
          Jogyakarta, Baturetno dan Dalem

Keuskupan Denpasar
          Singaraja

Keuskupan Atambua
          Atambua

Keuskupan Jayapura
          Jayapura, Yiwika dan Wamena

Di Negara Timor Leste

Keuskupan Dili
          Dili dan Wekiar

Keuskupan Baucau
          Natarbora

Keuskupan Utrecht/Nederland
          Denekamp




Tidak ada komentar:

Posting Komentar